TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Sebuah Trobosan Pengelolaan Mutu Sekolah / Madrasah
A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai problem tidak bisa dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut tentu bermanfaat bagi manusia, namun juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka mutu sumber daya manusia (SDM) bangsa kita harus selalu ditingkatkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat urgen dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya, dan yang tak kalah penting adalah manajemen atau pengelolaan lembaga pendidikan.
Menurut Kuhn, apabila tantangan-tantangan baru dihadapi dengan paradigma yang lama maka segala usaha yang akan dijalankan akan mendapat kegagalan. Begitu juga halnya dengan pendidikan apabila ingin mendapat keberhasilan harus didisain ulang (rekonstruksi) supaya dapat menjawab perubahan serta tantangan saat ini (modern) baik pada sisi konsep, kurikulum, kualitas SDM, maupun lembaga organisasinya. Namun yang paling penting adalah manajemen pendidikannya itu sendiri yang paling prioritas untuk direkonstruksi agar relevan dengan perubahan zaman dan tuntutan pasar. Bahkan konon krisis pendidikan yang dihadapi dan dirasakan dewasa ini adalah berkisar pada krisis manajemen. Sebagai kulminasi dari krisis tersebut adalah kualitas pendidikan pun masih rendah, dan dari sisi pengelolaan sumber daya masih belum efisien.
Menyadari hal tersebut di atas pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan pendidikan demi perbaikan mutu pendidikan nasional. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ada delapan standar yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan, salah satunya adalah standar pengelolaan, yakni dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS). Ini berarti pengelolaan mutu pun ada di dalamnya. Tetapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah lembaga pendidikan telah benar-benar menerapkan MBS sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah? Atau sekolah telah menerapkan MBS, tetapi apakah dengan MBS sekolah telah berhasil menghasilkan out put yang bemutu?
Total Quality Management (TQM) merupakan konsep dan teori manajemen yang awalnya diterapkan dalam dunia bisnis dan berhasil, baru kemudian sekitar tahun 1980-an TQM diterapkan di dalam dunia pendidikan, tepatnya di beberapa universitas di Amerika dan Inggris, namun baru di awal 1990-an kedua negara tersebut dilanda gelombang manajemen tersebut
B. Latar Belakang munculnya Qualilty Management (TQM)
Sejarah Total Quality Management (TQM) berawal dari perjalanan industri Jepang yang mengalami kehancuran total akibat Perang Dunia II. Untuk membangun kembali dan bangkit dari kehancuran industrinya tersebut, pada tahun 1950-an Asosiasi Insinyur Jepang mengundang William Edward Deming untuk melatih para Insinyur Jepang dalam bidang manajemen untuk mencapai mutu, yang kemudian dikenal dengan Total Quality Management (TQM).
Deming mengajarkan bahwa barang atau jasa yang bermutu adalah yang dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. Oleh karena itu, dalam mengadakan barang atau jasa yang bermutu, kebutuhan pelanggan harus diketahui terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengetahuan itulah lalu kemudian dibuat rencana pengadaan barang atau jasa, dan pembuatannya pun harus sesuai dengan rencana itu. Karena kebutuhan pelanggan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka mutu barang atau jasa pun juga berubah. Maka dari itu, mutu itu tidak absolut, tidak berakhir pada mutu itu sendiri, melainkan harus selalu ditingkatkan secara terus-menerus, sehingga senantiasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Mutu yang demikian itu adalah mutu yang bersifat relatif. Inilah yang dimaksud mutu dalam TQM.
Konsep Deming tersebut di atas ternyata cukup berhasil di Jepang, justru di negaranya sendiri – Amerika Serikat – tidak mendapat perhatian sebelum Perang Dunia II, karena para industriawan Amerika Serikat telah puas dengan keberhasilan mereka. Namun setelah industri Jepang, terutama pada industri mobil merajai pasar dunia, baru mereka sadar akan pentingnya pikiran Deming. Mereka mulai mempelajarinya kembali lalu kemudian mengimplementasikannya. Dalam perkembangan selanjutnya, dunia pendidikan pun tidak mau ketinggalan untuk mengimplementasikan TQM.
Gerakan mutu terpadu (TQM) dalam pendidikan masih tergolong baru. Hanya ada sedikit literatur yang memuat referensi tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. Beberapa upaya reorganisasi dengan konsep TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas di Amerika dan beberapa perguruan tinggi lainnya di Inggris. Inisiatif untuk menerapkan metode tersebut berkembang lebih dahulu di Amerika baru kemudian di Inggris, namun baru di awal 1990-an kedua negara tersebut benar-benar dilanda gelombang metode tersebut.
Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi pendidikan harus mampu mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu kepada peserta didik. Kita hidup di era kompetisi yang tidak jelas. Kita sekarang menemukan sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan kejuruan. National Vocational Qualivications, sebelumnya merupakan sekolah kejuruan, pernah ditawari langsung oleh para karyawan agar melakukan sebuah percepatan perubahan dengan memperkenalkan kredit pelatihan (training credits) perubahan lain terjadi di berbagai bidang pendidikan yang mencakup ekstensi pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi dibiayai untuk meningkatkan jumlah murid dengan mereduksi biaya. Tabel-tabel dibuat untuk memberikan informasi kepada orang tua, sehingga mereka memiliki perbandingan dan memiliki pilihan. Pengenalan tentang kredit pelatihan didesain untuk memberi pelanggan kebebasan untuk memilih. Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi melakukan hal tersebut dengan melakukan berbagai strategi. Deregulasi pendidikan memerlukan strategi-strategi kompetitif yang secara jelas membedakan institusi-institusi dari para pesaingnya. Mutu terkadang hanya menjadi satu-satunya faktor pembeda dari sebuah institusi. Fokus terhadap kebutuhan pelanggan, yang notabene merupakan poin dari mutu, merupakan salah satu cara paling efektif dalam menghadapi kompetisi dan bertahan di dalamnya.
Konsep TQM telah memperoleh dukungan resmi, kurang lebih dari 16 institusi pendidikan. Dewan Rektor dan Kepala Sekolah juga sudah mempublikasikan Teaching Standards and Excellence in Higher Education pada tahun 1991, dengan sub judul Developing a Culture for Quality. Dalam kesimpulan buku tersebut, penulis menyatakan bahwa masing-masing universitas harus mengembangkan sistem TQM-nya sendiri-sendiri. Yang sangat mengejutkan adalah mengapa mutu dan mutu terpadu dalam pendidikan baru memperoleh pengakuan setelah sekian lama mutu tersebut berhasil dalam dunia industri? Meskipun demikian, satu hal yang bisa diyakini bersama adalah layanan mutu merupakan isu kunci bagi seluruh sektor pendidikan pada masa dekade mendatang
C. Pengertian Total Qualilty Management (TQM)
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) dalam konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang (Edward Sallis, 2007).
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, TQM merupakan suatu pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian pada peningkatan mutu komponen terkait. Adapun komponen-komponen itu adalah siswa, guru, kurikulum, dana, sarana-prasarana, dan masyarakat.
TQM menurut Hensler dan Brunell memiliki empat prinsip utama, yaitu:
1. Kualitas ditentukan oleh konsumen, dengan kata lain konsumenlah yang menentukan produk kita berkualitas atau tidak;
2. Setiap karyawan dihargai dan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta serta kreativitas yang unik. Karyawan merupakan sumber daya organisasi yang bernilai sehingga mereka selalu diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan;
3. Keputusan yang diambil selalu berdasarkan fakta bukan perasaan;
4. Organisasi harus melakukan proses sistematis dalam melakukan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah PDCA (plan, do, check, act) atau perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan terhadap hasil pelaksanaan rencana dan tindakan korektif terhadap hasil yang telah diperoleh.
C. Sekolah TQM
Sekolah TQM merupakan sekolah yang sistem pengelolaannya menggunakan konsep TQM. Pada dasarnya, sekolah yang menerapkan TQM adalah sekolah yang memiliki 5 karakteristik atau pilar. Lima pilar tersebut adalah (1) fokus pada pelanggan; (2) Keterlibatan menyeluruh; (3) Pengukuran; (4) Pendidikan sebagai Sistem; dan (5) Perbaikan yang berkelanjutan. Pilar-pilar tersebut didasarkan pada keyakinan sekolah seperti kepercayaan, kerja sama, dan kepemimpinan (Jerome S Arcaro, 2007).
Pilar-pilar di atas merupakan ramuan penting bagi setiap prakarsa mutu yang berhasil. Mutu itu bersifat universal. Dapat diterapkan di setiap organisasi pendidikan mulai dari kegiatan di ruang kelas sampai perawatan bangunan. Akan tetapi kelima pilar tersebut tidak akan menghasilkan pendidikan yang bermutu manakala tidak disokong oleh fondasi yang mendasari bangunan program mutu. Keyakinan dan nilai-nilai sekolah akan menentukan kekuatan dan transformasi mutu
C. Mutu Pelayanan Pendidikan
Dalam TQM sekolah dipahami sebagai Unit Pelayanan Jasa, yakni pelayanan pendidikan yang bermutu. Beberapa Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah sebagaimana yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah sebagai berikut
1. Siswa: kesiapan dan motivasi belajarnya.
2. Guru: kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan sosial).
3. Kurikulum: relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, Sarana dan prasarana: kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran.
4. Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah.
Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian sekolah. Adapun prinsip dari TQM sekolah dianggap sebagai suatu Unit Produksi, di mana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah:
1. Pelanggan internal: guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi
2. Pelanggan eksternal: pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat).
3. Pelanggan tersier: (pemakai/penerima lulusan baik di perguruan tinggi maupun dunia usaha).
Pengertian dan Prinsip Mutu Terpadu Mendefinisikan mutu / kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan;
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan;
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain);
4. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan[1].
D. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM atau Manajemen Mutu terpadu (MMT) keberhasilan sekolah diukur dari tingkat keberhasilan pelanggan, baik pelanggan eksternal maupun Internal. Sekolah dikatakan berhasil apabila mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan.
Di lihat dari segi pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil apabila
1. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan layanan pelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan oleh sekolah. Pendek kata siswa menikmati situasi sekolah.
2. Orang tua puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan terhadap orang tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah.
3. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalkan pembagian kerja; hubungan antar guru, karyawan, dan pimpinan; gaji atau honorarium; dan sebagainya
Sifat-sifat agar Pelanggan Puas sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar pelanggan puas yang meliputi;
1. Reability (kepercayaan), yaitu layanan sesuai dengan yang dijanjikan
2. Assurance (keterjaminan), yaitu mampu menjamin kualitas layanan yang diberikan.
3. Tangible (penampilan), yaitu iklim sekolah/madrasah yang kondusif.
4. Emphaty (perhatian), yaitu memberikan perhatian penuh kepada peserta didik.
Responsiveness (ketanggapan), yaitu tepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar