SENTUHAN
ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Oleh; Zaini
Miftah, MA
Dosen Mata
Kuliah Media dan Teknologi Pendidikan
STIT
Al-Fattah Lamongan
Abstraksi
A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Dunia
tak selebar daun kelor. Kini, ungkapan itu sudah tidak dibenarkan lagi.
Kenyataannya sekarang bahwa dunia memang selebar daun kelor, atau lebih kecil
dari itu. Kenyataan ini diakibatkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Persaingan global berlangsung dengan sangat ketat, baik di
lapangan ekonomi, politik ataupun kebudayaan. Dalam persaingan global ini,
hanya bangsa-bangsa yang mampu menguasai Iptek yang dapat mengambil peran yang
berarti dalam proses-proses ekonomi, politik, dan kebudayaan, serta dapat
memelihara dan mempertahankan jiwa kemandiriannya. Untuk mengambil peran yang
berarti itu, umat Islam dituntut untuk melakukan langkah-langkah yang
sistematis dan bersungguh-sungguh dalam upaya penguasaan, pemanfaatan, serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu
pengetahuan atau biasa juga disebut sains, secara singkat dan sederhana dapat
didefinisikan sebagai "Himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melalui suatu proses pengkajian secara empirik dan dapat diterima oleh
rasio".[1]
Adapun teknologi adalah, "Penerapan
konsep
ilmiah yang tidak hanya bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan
pengertian dan pemahaman", namun lebihjauh lagi bertujuan memanipulasi
faktor-taktor yang terkait dalam gejala-gejala tersebut, untuk mengontrol dan
mengarahkan proses yang terjadi.Jadi, teknologi di sini berfungsi sebagai
sarana memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia. Dengan kata lain, teknologi
adalah: "Penerapan sains secara sistematis untuk memengaruhi dan
mengendalikan alam di sekeliling kita, dalam suatu proses produktif ekonomis
untuk meng-hasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia".[2]
Kedua
defmisi tersebut menjelaskan bahwasanya antara ilmu pengetahuan dan teknologi,
di samping memiliki nisbah atau keterkaitan yang sangat erat, juga memiliki
peran dan fungsi yang sama. Nisbah antara ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
keberadaan teknologi merupakan penerapan seluruh konsep atau teori yang
terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Adapun dalam peran dan fungsinya, ilmu
pengetahuan atau teknologi sama-sama merupakan jembatan yang menghubungkan
seluruh kekayaan alam dan sumber daya dengan kebutuhan manusia secara materiel.
B. RANGSANGAN AL-QURAN TERHADAP PENGGUNAAN AKAL
Pada
prinsipnya, Allah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya untuk
memberikan rangsangan kepada manusia agar ia menggunakan akalnya; berpikir dan
merenungkannya. Iqra! Bacalah! merupakan perintah Allah yang pertama
kali disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang selanjutnya harus dilakukan
oleh sekalian umatnya. Perintah tersebut mengandung arti agar umat Islam
melakukan pengkajian (tadabbarun), penalaran (ta'qilun),
pengamatan secara empiris (tubshirun), memahami (tafaqqahun),
berpikir (tafakkarun), dan perenungan dan kontempelasi (tadzkarun)[3]
terhadap alam semesta ini. Dengan melakukan pengamatan secara empiris, akan
lahir ilmu pengetahuan yang positif, yaitu pengetahuan tentang realitas
objektif (ayatun bayyinah) yang menimbulkan ilmu-ilmu biologi, kimia,
fisika, dan ilmu-ilmu lainnya, yang kini tersebar dan berkembang menjadi milik
kolektif insani secara terus-menerus melalui karya tulis, buku, majalah,
laporan, catatan, dan sebagainya. Hal tersebut dapat dicermati dalam ayat
Al-Quran berikut ini:
cÎ)
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
É#»n=ÏF÷z$#ur
È@ø©9$#
Í$pk¨]9$#ur
;M»tUy
Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$#
ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_
tbrã¤6xÿtGtur
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u
$tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/
y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
''Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaifu orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkafa, Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua itu dengan sia-sia (tanpa tujuan
bermanfaat). Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan yang amat pedih."
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi serta penggantian malam
dan siang merupakan ayat-ayat atau gejala-gejala yiing dapat ditangkap secara
simbolik bagi orang-orang yang meng-gunakan akalnya (ulu al-albab). Proses
penggunaan akal menurut ayat ini dapat melalui dua cara: pertama,
melakukan dzikr, yaitu melakukan kontemplasi atau perenungan yang
mengarah hanya kepada Allah Sang Pencipta; dan kedua, menjadikan seluruh
ciptaan Allah sebagai objek berpikir. Dari situ dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa semua itu pasti mempunyai tujuan dan berdaya manfaat bagi kehidupan
manusia. Dengan perkataan lain bahwa Al-Quran tidak hanya memerintahkan kepada
manusia untuk berpikir rasional, tapi lebih lanjut memerintahkan umat manusia
agar berpikir fungsional guna melihat manfaat ciptaan Allah bag! kehidupan umat
manusia.
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
Artinya:
"Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmuyang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia
apayang tidak diketahuinya."
Ayat
itulah yang mengundang dan merangsang umat manusia agar aktif dan efektif dalam
menggunakan akal pikirannya, dan dari ayat itu pula, bermunculan dan bertebaran
mutiara-mutiara sains dan teknologi yang membuat ruang menjadi hilang dan jarak
tak berarti lagi, seolah-olah kehidupan manusia terbawa dan terbuai ke dalam
pelukan mimpi dan khayalan duniawi.
óOÎgÎã\y
$uZÏF»t#uä
Îû
É-$sùFy$#
þÎûur
öNÍkŦàÿRr&
4Ó®Lym
tû¨üt7oKt
öNßgs9
çm¯Rr&
,ptø:$#
3
Artinya: .
"Kami
perlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap penjuru dan dalam diri
mereka sendiri, hingga nyata bagi mereka bahwaAllah-lahyan^ benar."
Masih
banyak ayat Al-Quran yang menegaskan agar manusia menggunakan akal pikirannya,
hingga dia mengetahui bahwa yang benar atau kebenaran hanya berada pada Allah.
Seruan-seruan tersebut dapat dilihat dalam ungkapannya seperti: afala ta'qilun
(apakah kamu tidak berakal?); la 'allakum tatafakkarun (agar kamu berpikir); la
'allakum tadzakkarun (agar kamu merenungkannya); afala tubshirun (apakah
kamu
sekalian tidak mengamatinya); dan ungkapan-ungkapan lainnya yang serupa.
Bahkan, menurut para ahli tafsir kontemporer, istilah berpikir (fakkar)
disebut dalam Al-Quran sebanyak delapan belas kali, sedangkan istilah berakal
atau penalaran ('aqala) disebut dalam Al-Quran sebanyak tiga puluh
sembilan kali.[4]
Demikian
hebatnya ayat-ayat Allah yang mengundang dan membangkitkan manusia untuk
mengolah dan mengelolanya secara aktif dan efektif, sehingga segala macam ilmu
pengetahuan manusia yang sudah ditemukan dan yang akan ditemukan, mulai dari
ilmu-ilmu tentang kosmos, seperti kosmologi, astronomi, dan radio-astronomi
sampai pada ilmu-ilmu hewan (zoology), tumbuh-tumbuhan (botany),
ilmu hayat (biology), ilmu alam (physika), ilmu tentang makhluk
terkecil seperti microbiology, semua itu hasil daya manusia dalam rangka
menunjukkan kebesaran, kekuasaan, dan keagungan Allah yang menciptakannya.
Sebagai penegasan dari ayat-ayat Al-Quran yang memprioritaskan akal untuk
menggunakannya, hadis Rasulullah SAW. menyatakan:
Artinya:
"Agama
adalah penggunaan akalpikiran, tiada agama bagi orangyang tidak menggunakan akal
pikirannya."
C. PRINSIP-PRINSIP ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
DALAM ISLAM
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata telah banyak membawa perubahan bagi
kehidupan manusia, baik dalam cara berpikir, sikap, gaya hidup, atau tingkah
laku. Dari dimensi yang satu, kemajuan
-p
u k'laf 531 I ^mu Pengetahuan dan teknologi telah membuat kehidupan
manusia v^-'- | lebih
sempurna dalam menguasai, mengolah, dan mengelola alam untuk
""""11c1a
kepentingan dan kesejahteraan hidupnya. Akan tetapi, dari dimensi yang
lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru menimbulkan hasil-hasil
samping yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki.[5]
Bahkan,
terkadang menyulitkan dan mengancam kehidupan umat manusia itu sendiri.
Hal
itulah yang menjadi persoalan, sehingga memerlukan penataan kembali akan fungsi
dan peran sentral ilmu pengetahuan dan teknologi yang seolah-olah keberadaannya
netral, sendirian berada di dalam mang hampa tanpa nilai. Kenyataan ini
menimbulkan beberapa respons, terutama dari kalangan ilmuwan sendiri. Respons
yang muncul selama ini antara lain:
1. Adanya
keraguan akan peranan teknologi untuk manusia dan kemanusiaan selama ini dan
adanya keinginan untuk me-reevaluasi pengertian atau konsep teknologi.
2. Adanya
"tuntutan" agar teknologi tidak berlaku netral, tetapi memihak pada
nilai-nilai kemanusiaan yang abadi, yaitu nilai-nilai keadilan, demokrasi,
mencintai sesama, melindungi yang lemah, tidak berlebih-lebihan, tidak rakus
dan boros, serta berorientasi kepada generasi-generasi yang akan datang. Inilah
yang disebut dengan nilai-nilai teknologi yang bersifat spiritual.
3. Dirasakan
perlunya sikap "hormat dan tertib" menghadapi kekayaan alam yang
dapat diperbaharui (renewable) apalagi terhadap sumber yang tak dapat
diperbaharui (non renewable). Sikap yang diperlukan adalah sikap
"bersyukur" dan bukan sikap "mumpung dan gegabah" terhadap
kekayaan alam tersebut. Dengan demikian, masalah kelestarian menjadi penting
dalam setiap tindakan teknologi.[6]
Tampak
respons itulah yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam dalam mendayagunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam memandang bahwa seluruh alam beserta
isinya merupakan karunia dari Allah yang patut disyukuri. Manusia sebagai
penguasa (khalifah) dan penerima nikmat yang dianugerahkan Allah SWT.
tersebut dengan sendirinya tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai insaniyah-nyi
(kemanusiaannya) yang disertai dengan nilai-nilai ilahiyah
(Ketuhanan). Dengan demikian, manusia akan menjadi pribadi yang bersatu padu
dengan kemanusiaannya, tidak netral, tetapi memihak pada nilai-nilai yang
bersumber pada ajaran Allah SWT. sebagai penciptanya.
Berdasarkan
uraian di atas, prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam,
sekaligus menjadi tujuannya berorientasi pada nilai-nilal berikut ini:
1. Sumber
Ilmu adalah Allah, dan ilmu Allah yang diberikan kepada manusia hanya sedikit
sekali: QJ3. Al-Alaq: 1-5; Q_S. Al-Kahfi: 109;Q_S.Al-Isra:85.
2. 2.
Ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan sebagai salah satu alat untuk
melengkapi dan menyempurnakan ibadah kepada Allah: QJS. Adz-Dzariyat: 5 6
3. Alam
semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah SWT.: Q_S. Thaha: 6; Q_S.
Al-Maidah: 120; Q_S. Al-Baqarah: 255.
4. Alam
semesta beserta isinya merupakan nikmat dari Allah SWT. yang dikaruniakan untuk
umat manusia: Q_S. Luqman: 20; Q_S. Ibrahim: 32,33,34.
5. Alam
yang dikaruniakan Allah SWT. ini harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak
melampaui batas-batas ketentuan-Nya:Q.S. Al-Araf: 31; Q_S. An-Nisa: 6; Q.S.
Al-Furqan: 68
6. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang digunakannya tidak boleh menimbulkan kerusakan
apalagi mengancam kehidupan manusia:Q_S. Al-Ankabut: 36; Q_S. Al-Qashash: 77;
Q.S. Al-A'raf: 56.
7. Ilmu
pengetahuan dan teknologi digunakan untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat: Q_S. Al-Baqarah: 201.
Nilai-nilai
tersebut terlihatjelas ketika manusia menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengelola alam dan kekayaannya. Apakah mengelolanya dengan
gegabah hingga menambah kerusakan di muka bumi, atau dipahaminya sebagai nikmat
Allah yang harus disyukuri dengan tertib dalam bentuk efisien, produktif, tidak
boros, cermat, tidak ceroboh, adil, dan memberikan manfaat yang banyak kepada
manusia, bukan mengancam kehidupan manusia. Sebab, kenyataannya, penguasaan,
pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
disertai oleh nilai-nilai ketuhanan membawa manusia pada penderitaan dan
kesengsaraan, bahkan kehancuran. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berada di dalam
jalur nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Nilai-nilai unggul itu harus
dimiliki oleh setiap bangsa yang ingin membangun secara berkesinambungan, agar
tercapai tujuan pembangunan dan hidup yang dicita-citakan, yaitu y? dunya
hasanah wafti akhirati hasanah, bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.
D. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QURAN
Dalam
sejarah para nabi disebutkan; terjadi dialog antara Nabi Sulaeman a.s. dengan
Allah SWT. Dalam dialog tersebut, Nabi Sulaiman a.s. dipersilakan oleh Allah
SWT. untuk meminta segala kebutuhan yang dia inginkan. Kesempatan ini tidak
disia-siakan oleh Nabi Sulaiman a.s. dengan memohon satu hal saja, yaitu
meminta agar dia diberi kebijaksanaan. Berkat kebijaksanaan inilah, dia
senantlasa meraih kesuksesan dan keberuntungan, yaitu dalam bentuk kekuasaan dan
kekayaan.[7]
Riwayat
tersebut sesungguhnya hanya merupakan gambaran tentang keunggulan ilmu
pengetahuan jika dibandingkan dengan harta kekayaan dan kekuasaan. Artinya,
jika seseorang dalam kehidupannya hanya mencari kekayaan dan kekuasaan, pasti
ia tidak akan mendapat-kan kebijaksanaan, namun sebaliknya jika ia menuntut
kebijaksanaan, ia akan memperoleh kekayaan dan kekuasaan. Kebijaksanaan yang
dimaksud dalam riwayat tersebut adalah ilmu pengetahuan, atau istilah yang
disebut dalam Al-Quran adalah hikmah, seperti disebutkan dalam ayat berikut
ini:
ÎA÷sã
spyJò6Åsø9$#
`tB
âä!$t±o
4 `tBur
|N÷sã
spyJò6Åsø9$#
ôs)sù
uÎAré&
#Zöyz
#ZÏW2
Artinya:
"Allah
menganugerahkan hikmah (kebijaksaan) kepada siapa saja yang Din
kehendaki,
dan barang siapayang dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar
telah
dianugerahi karuniayang banyak."
Salah
satu gambaran dari para nabi Allah yang diberi hikmah (seperti tersebut dalam
ayat Al-Quran tadi) adalah Nabi Sulaeman a.s. Dengan hikmah yang diberikan
Allah kepadanya, dia dapat menguasai berbagai jenis makhluk dengan aneka ragam
bahasanya, memiliki kakayaan yang melimpah serta kekuasaan atau kerajaan yang
agung dan besar. Singkatnya, ia dapat menguasai berbagai bidang ilmu
pengetahuan, termasuk kecangglhan teknologi yang melebihi kecanggihan teknologi
abad modern sekarang,
Sebenarnya,
perkembangan ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak manusia pertama, yaitu
Adam, karena dia dijadikan khalifah (penguasa) di muka bumi. Ilmu pengetahuan
yang pertama kali diberikan oleh Allah kepadanya adalah ilmu pengetahuan
tentang bumi atau alam semesta, mungkin yang kini dikenal sebagai IlmU
Pengetahuan Alam (IPA). Hal ini diisyaratkan dalam Al-Quran:
zN¯=tæur
tPy#uä
uä!$oÿôF{$#
$yg¯=ä.
§NèO
öNåkyÎztä
n?tã
Ïps3Í´¯»n=yJø9$#
tA$s)sù
ÎTqä«Î6/Rr&
Ïä!$yJór'Î/
ÏäIwàs¯»yd
bÎ)
öNçFZä.
tûüÏ%Ï»|¹
ÇÌÊÈ (#qä9$s%
y7oY»ysö6ß
w
zNù=Ïæ
!$uZs9
wÎ)
$tB
!$oYtFôJ¯=tã
( y7¨RÎ)
|MRr&
ãLìÎ=yèø9$#
ÞOÅ3ptø:$#
ÇÌËÈ
Artinya:
“Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruh-nya, kemudian Allah
mengemukakannya kepada para malaikat lalu krftrman, 'Sebutkan kepada-Ku
nama-nama benda-benda itu! Jika kamu mmang orang-orang yang benar.' Mereka
menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidak adayang kami ketahui selain dari yang telah
Engkau ajarkan kepada kmi, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana." (Q,S.Al-Baqarah:31-32)
Ayat
di atas menjelaskan bahwa manusia mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan para malaikat, dan ^dam a.s. sebagai manusia pertama
sekaligus sebagai Bapak manusia lienar-benar telah mengetahui bentuk segala
sesuatu pada masa ia hidup |»mpai masa akhir keturunannya di hari kemudian.
Namun, dalam ayat tersebut tidak diketahui dengan jelas bentuk dan teknis
penggunaan ilmu pengetahuan yang dimiliki Nabi Adam a.s. Bentuk yang lebih
operasionalnya dikembangkan oleh Nabi Nun a.s. dalam bentuk teknologi perahu
yang sangat besar.
ÆìoYô¹$#ur
y7ù=àÿø9$#
$uZÏ^ãôãr'Î/
$oYÍômurur
wur
ÓÍ_ö7ÏÜ»séB
Îû
tûïÏ%©!$#
(#þqßJn=sß
4 Nåk¨XÎ)
tbqè%tøóB
ÇÌÐÈ
Artinya:
"Dan
buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk •wahyu Kami, danjanganlah
kamu bicarakan dengan Aku ten fang orang-orangyang za!im itu, sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan." (Q.S.Hud:37)
Sejarah
menyebutkan bahwa perahu yang dibuat oleh Nabi Nuh a.s. lebih canggih dan lebih
besar, bahkan melebihi supertanker atau kapal indukpada masa sekarang. Bahkan,
disebutkan pula bahwa perahu yang dibuat oleh Nabi Nuh a.s. dijadikan ukuran
atau standar untuk pembuatan alat-alat transportasi sekarang. Namun, Nabi Nuh
a.s. tidak mengembangkan dan mentransfer teknologi ini atau bentuk lainnya
kepada generasi selanjutnya.[8]
Selain
itu, salah satu bentuk teknologi dalam Al-Quran yang dianggap spektakuler
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi bagian dari kisah kenabian
Nabi Sulaiman a.s. Pada waktu itu teknologi satelit mata-mata sudah ada yang
disebut dengan Hud-Hud, Dia bisa mengirim berita dari/ke daerah wilayah
kekuasaannya (Q_S. An-NamI: 22); teknologi angkutan yang canggih yang mampu
membawa peralatan material dari jarak ribuan kilometer hanya dalam waktu kurang
dari satu detik (QjS. An-NamI: 40); pengendalian angin (QjS. Al-Anbiya: 81,
Q_S. Shad: 36); sehingga dapat digunakan sebagai alat angkutan dalam wilayah
kekuasaannya (Q_S. Al-Anbiya: 80 dan Q_S. Saba: 12); dia menguasai teknologi
logam berat dalam bentuk besi dan tembaga (Q_S. Al-Anbiya: 80 dan Q_S. Saba:
12), teknologi konstruksi dan arsitektur (Q_S. Saba: 13, Q_S. Shad: 37, dan
QjS. An-Nami: 44); teknologi komunikasi yang balk antarmanusia dan makhluk
lain, yaitu hewan dan jin (Q_S. An-NamI: 17); dan sebagainya.[9]
Penjelasan
di atas mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
pada masa para nabi ternyata lebih maju dan berkembang daripada teknologi zaman
sekarang, kendatipun sekarang sudah dikategorikan canggih. Mestinya ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang harus lebih maju karena sudah bergerak
beberapa abad ke depan dari masa para nabi terdahulu. Mungkinkah terjadi
missing-link? Wallahu A'lam. Yangjelas, ini merupakan suatu harapan
sekaligus tuntutan dan tantangan bagi umat manusia yang hidup di abad modern
dengan teknologinya yang serba canggih, untuk lebih modern dengan teknologinya
yang lebih canggih lagi.
Di
samping menggambarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dl
atas, Al-Quran juga banyak mengemukakan ramalan-ramalan ilmiah. Suatu ramalan
berabad-abad sebelum ditemukannya penelitian-penelitian yang menggunakan
teleskop, sinar-X, mikroskop, alat-alat elektronik, dan lain-lain.
Ramalan-ramalan ilmiah tersebut, umpamanya:
- rahim ibu yang tiga lapis: endometrium, myometrium, dan perimetrium, disebut dalam surat Az-Zumar: 6.
- gravitasi (gaya berat) yang ditemukan oleh Newton, tersebut dalam surat Ar-Rahman: 7.
- expanding universe (pemuaian alam semesta), disebut dalam surat Adz- Dzariyat: 57; Al-Anbiya: 104 dan Yaasiin: 38.
- ruang hampa di angkasa luar, indikasinya ditunjukkan dalam surat Al-An'am: 125.
- proses pertumbuhan dan kejadian manusia dalam rahim, dijelaskan dalam surat Al-Mu'minun: 12-14.
- geologi (ilmu tentang bumi) atau gerak rotasi dan revolusi planet bumi, dinyatakan dalam surat Ari-NamI: 88.[10]
- pembentukan dunia yang pada mulanya merupakan kabut gas saat terjadi ledakan besar yang menimbulkan planet dan atom atau partikel yang sederhana terdapat dalam surat Fushshilat: 11; Al-Anbiya: 30 dan 104; Adz-Dzariyat: 47; Yasin: 38; dan Ibrahim: 48.
- evolusi makhluk hidup yang pada mulanya diciptakan dari air yang lama kelamaan semakin sempurna, terdapat dalam surat Al-Anbiya:
- 30; An-Nur: 45; Thaha: 53; As-Sajadah: 7; Nuh: 14; Al-Infithar:
- 7-8; At-Tin: 4.
- teori hibernasi atau "tidur panjang", yaitu proses efisien yang dengannya tubuh manusia mampu tidur ratusan tahun, mungkin dapat dikembangkan di dunia modern, disebutkan dalam surat Al-Kahfi: 10-25.[11]
Masih
banyak lagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diisyaratkan dalam Al-Quran,
dan perlu dikaji dan dikembangkan secara saksama. Ini berarti bahwa Al-Quran
akan menjadi suatu objek penelitian yang menarik, sehingga setiap pernyataannya
dapat dikembangkan dan menjadi ilmu yang baru. Ini merupakan jaringan
antardisiplin ilmu yang benar-benar diharapkan, sehingga ramalan kebangkitan
kembali peradaban Islam di abad-21 ini bisa segera terwujud.
E. KEDUDUKAN ILMUWAN DALAM AL-QURAN
Banyak
istilah yang digunakan dalam Al-Quran untuk menyebut ilmuwan atau cendekiawan,
antara lain:
- Ulama, yaitu orang yang berilmu (Q_S. Al-Fathir: 28);
- Ulu al-Nuha, yaitu orang yang berpikir secara tertib dan sistematis,
- sehingga mampu mengambil kesimpulan (QjS. Thaha: 54 dan 128).
- Ulu al-'Ilmi, identik dengan istilah ulama, yaitu orang yang memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan (Q_S. Alt Imran: 18).
- Ulu al-Abshar, yaitu orang yang tajam dan cermat dalam melihat realitas objektifkehidupan (Q_S. An-Nur: 44).
- Ulu al-Albab, yaitu orang yang aktif dalam memerankan rasa dan rasionya secara seimbang (Q_S. Alt Imran: 190-191).
Secara
umum, keberadaan mereka dalam Islam adalah sebagai orang yang memiliki ilmu dan
dapat berbuat atau beramal lebih daripada yang lainnya. Kedudukan mereka dan
karakternya banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran, antara lain:
Æìsùöt
ª!$#
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
öNä3ZÏB
tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré&
zOù=Ïèø9$#
;M»y_uy
4
Artinya:
^/ZoA o^fln mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan orangyang diberi ilmu pengetahuan." (Q_S.Al-Mujadalah:ll)
3
$yJ¯RÎ)
Óy´øs
©!$#
ô`ÏB
ÍnÏ$t6Ïã
(#às¯»yJn=ãèø9$#
3
Artinya:
"Sesungguhnya
yang takut (bertanggungjaivab) kepada Allah dari kalangan hamba-Nya ialah kaum
Alim Ulama (ilmu'wan/intelektual)." (Q.S. Fathir: 28)
ù=Ï?ur
ã@»sVøBF{$#
$ygç/ÎôØnS
Ĩ$¨Z=Ï9
( $tBur
!$ygè=É)÷èt
wÎ)
tbqßJÎ=»yèø9$#
ÇÍÌÈ
Artinya:
"Dan
perumpamaan itulah Kami berikan kepada seluruh umat manusia, tetapi tidaklah
dapat memahami, melainkan orang-orang yang berilmu pengetahuan." (Q_S.
Al-Ankabut: 43)
Dalam
ayat terakhir ini, Allah menegaskan bahwa hamba yang mampu membuka rahasia alam
semesta ini hanyalah 'alim al-ulama atau ilmuwan Muslim. Selain mereka,
tidaklah akan dapat memahami semua itu secara utuh dan tuntas. Memahami secara
utuh dan tuntas di sini, bahwa penemuan-penemuan dari hasil renungan,
penyelidikan, dan pengamatan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah berupa realitas
objektify^n^ terdapat di seluruh kosmos (ayat kauniah) dan ayat
qur'aniah ditujukan untuk menambah kebenaran dan iman kepada Allah yang
menciptakannya. Jika penemuan itu baru sampai pada kesenangan martabat manusia
secara duniawi, belum dikatakan bahwa manusia mampu memahami ciptaan Allah ini
secara utuh dan tuntas, sebab yang dikehendaki Allah dalam membuka rahasia
alahi ini adalah agar manusia beriman kepada-Nya dengan menjalankan perintah
dan menjauhi larangan-Nya.
Betapa
tingginya kedudukan para Ulama dalam pandangan Islam. Rasanya tidak ada satu
tingkat atau derajat pun yang melebihi derajat ulama atau intelektual Muslim.
Bahkan, dalam hadis Nabi disebutkan bahwa mereka disamakan dengan derajat Nabi
atau minimalnya dijadikan sebagai ahli warisnya.
Artinya:
"Para
alim ulama (ilmnwan) itu adalah ahli •waris Nabi." (H.R. Abu Dawud dan
Tirmidzi)
Bagaimana
perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan? Ilmu Pengetahuan diperintahkan oleh
Rasulullah SAW. untuk dicari, tanpa mengenal batas waktu; sejak lahir hingga
mati. Di mana saja, sekalipun sampai di Negeri Cina (hadis) bahwa mencari ilmu
wajib bagi tiap pribadi muslim.
Dalam
Al-Quran banyak terdapat ayat yang mendorong umat Islam untuk melakukan "intizhar"
(penelitian dan pengamatan) serta menggunakan akalnya untuk berpikir (seperti
penults telah jelaskan di atas). Ilmuwan Muslim berkeyakinan bahwa pengetahuan
apa pun yang dia miliki, walaupun dalam kenyataannya hasil penelitiannya
sendiri, baik secara induktif maupun deduktif, sebenarnya itu adalah berkat
petunjuk dan bimbingan Allah yang merupakan sumber segala ilmu Mahasuci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui, selain apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana."{Q^. Al-Baqarah: 32)
F. TOKOH-TOKOH IPTEK DALAM ISLAM
- Jabir Ibn Hayyan (721-815)
Para
cendekiawan Barat mengakui bahwa Jabir Ibn Hayyan (721-815) adalah orang
pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya tentang al-kimiyu.
yang kemudian oleh ilmuwan Barat diambil alih serta dikembangkan menjadi ilmu
kimia.
Jabir
yang namanya dilatinkan menjadi Geber, adalah orang pertama yang memberikan
suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan
mengekstraksi mineral-mineral itu menjadi zat-zat kimiawi, kemudian
meng-klasifikasikannya pada beberapa bentuk zat kimia. Ini semua dia lakukan
melalui intizhar.
- Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M)
Dalam
sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh para sarjana Eropa, disebutkan bahwa
Ar-Razi telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang
lazim dilakukan oleh ahli kimia, seperti disdiasi, kristalisasi, kalsinasi, dan
sebagainya.
Di
dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama
halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat
menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. la juga dianggap sebagai orang
yang menemukan benang fontanel (yang dipergunakan dalam ilmu bedah).
Buku-buku atau tulisan-tulisannya yang beredar di dunia Barat, lebih dikenal
dengan nama 'Razes', dianggap sebagai manual atau buku pegangan laboratorium
kimia yang pertama di dunia.
- Ibnu Sina
Ibu
Sina selain dikenal sebagai filosof Muslim, dikenal juga sebagai ilmuwan dalam
bidang ilmu kedokteran. Karya ilmiahnya yang di dunia Barat dikenal dengan
sebutan Canun, menjadi buku teks standar ilmu kedokteran di
Universitas-universitas, baik di dunia Islam ataupun di dunia non-Islam
(Barat). Di dunia Barat, ia dikenal sebagai dokter dan politikus. Ilmu politik
sudah diperkenalkan oleh ayahnya sejak ia kecil, sedangkan ilmu kedokteran, ia
pelajari hanya dalam waktu 18 bulan, kemudian ia memperdalamnya secara
otodidak. Pada waktu itu, seseorang yang akan berpraktik ilmu kedokteran harus
melalui tes dan dinyatakan lulus.
Meskipun
usia Ibnu Sina telah lanjut dan selama hidupnya berada dalam kondisi yang
sangat kritis, dia dapat membagi waktunya, sehingga berhasil meninggalkan
banyak karya tulisan dan buku yang dikarangnya. Di antara karya-karyanya yang
terkenal adalah:
Al-Syifa,
memuat ilmu-ilmu kefilsafatan, seperti: logika, fisika, matematika, dan
metafisika. Untuk meringkas pembahasan-nya, buku ini diringkas dan diberi judul:
Al-Najat. Al-Hikmah
Al-Masyrikiyah,
berisi tentang ilmu logika dan filsafat orang-orang Timur.
Al-Qanun
(Canun of Medicine), berupa ensiklopedia
Dan
masih banyak lagi karyanya, baik dalam bentuk buku atau tulisan lainnya
- Umar Al-Khayyam
Umar
Al-Khayyam, seorang ilmuwan Muslim, hidup pada abad pertengahan. Dia dikenal
keahliannya sebagai ahli ilmu pasti, juga sebagai ilmuwan di bidang astronomi,
sekaligus seorang penyair yang terkenal.
Dia
juga dikenal sebagai peletak fondasi pertama ilmu geometris analisis, yang
selama ini dikenal penemunya adalah Rene Descartes. Juga merupakan orang
pertama yang mengklasifikasikan persamaan-persamaan menurut derajatnya dan
batas-batas yang ada padanya, kemudian menghimpunnya menjadi 25 jenis. Sangat
disayangkan karena para ilmuwan Barat menghubungkan kalsifikasi ini kepada
Simon Stephen asal Belanda.
- Al-Biruni
Nama
lengkapnya Abu Rayhan Al-Biruni, hidup antara tahun 973-1048 M. Di kalangan
Islam, ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang serba bisa. Dikenal sebagai
ilmuwan ahli falaq, ilmu bumi, sejarah, ahli obat-obatan, dan juga sebagai
seorang dokter. Karena itu, di dunia Islam, dia dikenal sebagai: al-Ustadzfzlal-"ulum
(guru besar dalam berbagai ilmu pengetahuan). Bukunya dalam ilmu matematika
banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang berkembang di dunia Barat
(Eropa).
- Abu Hasan Al-Qalshadi (1410-1486)
Para
ilmuwan Barat menghubungkan minus-minus Aljabar dan simbol-simbol proses
perhitungan kepada ilmuwan Perancis, bernama Vieste. Padahal, Abu Hasan Al-Qalshadi
dari Andalusia
telah
menggunakan rumus-rumus Aljabar dan simbol-simbol proses berhitung lebih dahulu
dan ilmuwan Perancis tersebut seperti yang dikemukakan dalam bukunya KasyfAl-Mahjub
fi "Ilm Al-Ghuyub.
- Ibnu Khaldun (1332-1406M)
Nama
lengkapnya Waliuddin Abdurrrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia
dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang filsafat, sejarah, dan sosiologi.
Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan ahli di bidang sosiologi
modern. Bukunya yang berjudul "Muqaddimah", merupakan bagian dari
karyanya yang terbesar. Kitab "Al-I'bar 'wad-Diwan al-Mubtada •wal-Khabar
fii Al-Ayyaami Al-Arabi waAl- 'Ajami wal Barbar wa manAsharahum win Dzawi
Al-Sulthani Al-Akbar." sampai sekarang sangat terkenal di dunia Barat dan
dijadikan buku rujukan di berbagai universitas.[12]
Masih
banyak penemu dan ahli di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam,
meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik-menarik dengan para ilmuwan Barat,
baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya. Mana yang benar (WalahuA'lam).
Kendatipun
demikian, sesungguhnya setiap individu Muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk
memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam Al-Quran, baik dalam
pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran yang
sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk
menyatakan bahwa di samping sebagai Kitab Suci, Al-Quran juga sebagai sumber
segala ilmu, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk
melakukan hal itu tentu diperlukan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara
ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses transfbrmasi budaya
dalam Islam. Dengan perkataan lain, seseorang tidak hanya terlibat dalam proses
penerjemahan bahasa yang digunakan, tetapi sekaligus melakukan iqra
yang
sebenarnya melalui pengamatan, observasi, analisis data, dan merumuskan,
kemudian menyimpulkan pernyataan-pernyataan tersebut pada sebuah kenyataan dan
kebenaran yang menyeluruh, dan pada akhirnya melahirkan khazanah-khazanah ilmu
pengetahuan dan teknologi Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
A.M.
Lutfi, 1997, Teknologi untuk Manusia, dilam Mutjizat ^l-Qur'an dan As-sunah
tentangIPTEK/yW}^ Gemalnsani Press, Jakarta
Bachtiar
Rifa'i, 1974, Ilmu dan Teknotogi Pembangunan dan Lingkungan:
Problema Kesetmbangan Menuju Kualitas Hidup,
Prisma, LP3ES, Jakarta
Dawam Rahardo, 1993, Intetektual
dan Perilaku Politik Bangsa, Risatah Cendekiawan Muslim, Mizan, Bandung
Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 1995, Islam untuk Disiplin Ilmu
Pengetahuan Alam dan Teknologi, Departemen Agama RI, Jakarta
Ika Rochdjatun
Sastrahidayat, 1997, Paradigma Kesamaan Ilmu Pengetahuan
danAjym Menurut Al-Quran Al-Karim, dalam buku Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah,
Gema Insani Press, Jakarta
Nasruddin Razak,
2003, Dinul Islam, Pustaka Setia, Bandung
Nurcholish Madjid,
1984, Khazanah IntelektualIslam, Bulan Bintang, Jakarta
Yusran Asmunia, 2004,
Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta
[1] Direktorat Jenderal Pemblnaan Kelembagaan Agama
Islam Depag RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1995, him. 88.
[2] Ibid., hlm. 36. Pengertian ilmu pengetahuan
dan teknologi ini diungkapkan oleh A. Baiquni, seorang ilmuwan Muslim
Indonesia, dalam salah satu ceramahnya di hadapan dosen-dosen Pendidikan Agama
Islam di Universitas Indonesia Jakarta pada tahun 1979
[3] Keenam langkah tersebut dipahami oleh Dawam
Rahardjo sebagai sikap atau kriteria Vlu al-Albab. Lihat Dawam Rahardo, Intetektual
dan Perilaku Politik Bangsa, Risatah Cendekiawan Muslim, Mizan, Bandung,
1993, him. 78. Namun, penults memahami keenam langkah tersebut sebagai tafsiran
dari kata igra yang dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-'Alaq: 1-5
[4] Lihat Ibid., him. 79
[5] Bachtiar Rifa'i, Ilmu dan Teknotogi
Pembangunan dan Lingkungan: Problema Kesetmbangan Menitju Kualitas Hidup,
Prisma, No. 1 Tahun ke-III, Pebruari, 1974, LP3ES, Jakarta, him. 6
[6] A.M.Lutfi, Teknologi untuk Manusia, dilam
Mutjizat ^l-Qur'an dan As-sunah tentangIPTEK/yW}^ Gemalnsani Press,
Jakarta, 1997, him. 149
[7] Dikutip dan tulisan Ika Rochdjatun
Sastrahidayat, Paradigma Kesamaan Ilmu Pengetahuan danAjym Menurut Al-Quran
Al-Karim, dalam buku Mukjizat Al-Quran danAs-Sunnah tentangllmu
Pengetahiim dan Tehnohgi, Gema Insani Press, Jakarta, 1997, him. 44
[8] Ibid., him. 47
[9] Ibid., him. 47
[10] Nasruddin Razak, Dinu! Islam, Al-Ma'arif, Bandung,
1990, him. 94-95. Seperti dikutip pula oleh All Anwar Yusuf, StudiAgama Islam
untuk Perguruan Tinggi Urnum, Pustaka Setia, Bandung, 2003, him. 74
[11] Ika Rochjatun Sastrahidayat, ibid, hal. 62
[12] Tokoh-tokoh tersebut penulis kutip dari buku-buku:
(1) Ali Abdul Adiffa, Ilmu Matematika dalam Peradaban Islam, dalam buku
Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid II, Gema Insani Press,
Jakarta, 1997, him. 143-145; (2) Yusran Asmunia, Sejarah Peradaban Islam,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996,hlm. 99-121; (3) Nurcholish Madjid, Khazanah
IntelektualIslam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, him. 137-154, dan 307-344